Feeds:
Pos
Komentar

Sinar matanya begitu ceria,  tak sanggup  melukiskan dalam bentangan kertas ini. Senyum  tajam, manja tak lekas membuatku lari dalam pelukkannya.

“Sudilah kiranya menyambangi hati yang merindu ini?”

“Baiklah, saya datang”

Seketika jantungku berdebar menjawab pertanyaannya apakah bersedia datang malam nanti disebuah makan malam romantis. Aku gemetar dibawah naungan lampu redup ini.

***

Kupatutkan diri didepan cermin, kuperhatikan setiap sudut senyumku

“masih  seperti beberapa tahun yang lalu”

Entah, ini kencan keberapa kali setelah seseorang yang berada dalam lubuk hatiku hanya menyampaikan sebuah kalimat pendek disore hari , dua puluh  tahun yang lalu.

“Aku tahu, pasti kamu mampu menerima keadaan ini, aku tahu hatimu sangat mulia membaca keadaan ini”

Aku melepaskan orang yang kukasihi tepat seminggu sebelum pernikahanku, tepat saat malaikat penjaga cintaku menaburkan harumnya bunga dan menyemaikan asa selangit yang kulambungkan bersama angin cintaku.

“Maafkan saya rin, dia memilihku dan meninggalkan kamu. Semua yang terjadi bukan aku yang memulai, tapi waktu yang memutarnya. Tolong jangan doakan kami macam-macam ya”

Kalimat perempuan itu sungguh membuatku muak, bukan hanya kepada lelaki yang menjatuhkan aku dalam gelombang keteduhan sakit, terluka terlempar dari jarak langit ketujuh. Namun perempuan yang sama sekali saya tidak mengenal  asalnya itu sungguh menyesakkan dadaaku.

***

“Selamat datang, malam ini kamu sangat cantik rin”

Aku hanya mampu tersenyum dan kutundukan pandanganku, mengangkat lagi dan menangis sejadi-jadinya. Aku tak mampu mengeluarkan semua yang ingin kukatakan.  Kau mendekapku dan berbisik

Candle-Light-Dinner“Aku tak mampu melupakan betapa besar pengorbanan cintamu kepadaku, aku tak mampu menggantikan senyum itu dengan senyum dari wajah yang lain”

“Aku menceraikan dia dua jam setelah pernikahan kami”

“Ku cari kamu rin, betapa cepat kau meninggalkan negeri ini tanpa mengabari siapapun”

Tak pandai aku berpuisi, tak pandai  menyimpulkan sebuah senyuman, saat bertemu kembali disebuah dermaga cinta yang menautkan hatiku, dan hatinya. Berpisah dua puluh tahun dan bertemu saat cinta tanpa ikatan diantara kami.

Aku terluka,

Aku kembali menangisi luluh lantahnya hati ini,

Yang entah kesekiankalinya, harus kusembunyikan sebuah guratan kebahagiaan dan kubawa senyum ini di bawah meja.

Aku tak ingin ada seseorang, termasuk pula kau yang memberiku damai ini mengetahui degub jantung yang berdetak, biarlah rasa ini kudendangkan dibawah meja, biarlah tak ada seseorangpun yang tahu…

Kususun kepingan puzzel hati yang tak sengaja kuberantakkan diatas sebuah kesadaran, kubangkit…tetap saja ada satu keping yang tak nampak, kucari dan kucari tak dapat kutemui, yakinlah jangan biarkan satu keping hati ini ada dibawah meja, kususuri, kuberanjak dan…kutemukan satu keping berada disana…dibawah meja, tempat kusembunyikan senyum, tempat kuledakkan tangisku, tempat kusinggahkan rasa yang tidak mampu untuk dijabarkan.

Di bawah meja, sebuah tempat yang begitu nyaman untuk kubenamkan segala rasa dalam puzzel hidupku.

 

 

Senyum Itu

“dear, datanglah untuk mengambil bingkisan dariku ya,”

Sebuah pesan singkat terbaca dari sebuah layar android yang kupegang tanpa jeda. Memikirkan bagaimana rupanya wajah yang telah lama tak kujumpai.

Lanjut Baca »

Lelaki dibelakangku

Aku terjebak diantara rutinitas yang memaksaku tidak bisa menahan nafas, walau satu, dua detik. Kulaui dengan terpaan debu dijalanan, menghiasi peuh yang mengejar bis kota diantara rimbunan orang yang berlalu lalang mencari arah tujuan.

Mengikuti lajunya kendaraan dijalanan, kutemukan sebuah tiang pelepas lelah menanti antrian yang begitu menusuk lambungku

Lanjut Baca »

Sandal Gunung

Sokaraja, Agustus 1996Gambar

“tanti……besok belajarnya dirumah yati ya, aku jemput kamu”

Rani memanggil si gadis hitam manis yang bernama tanti, saat gerombolan anak-anak SMP kelas ID keluar dengan riangnya setelah memberi salam kepada guru kelas.

Lanjut Baca »

Hello world!

Welcome to WordPress.com! This is your very first post. Click the Edit link to modify or delete it, or start a new post. If you like, use this post to tell readers why you started this blog and what you plan to do with it.

Happy blogging!